Abah Iwan Idolaku

Malam itu saya terjebak macet 5,5 jam dari Jakarta ke Bandung untuk menonton dan menghadiri diskusi bersama Iwan Abdurahman yang akrab disapa Abah Iwan. Beliau adalah generasi awal Wanadri, penggubah lagu di masa awal Bimbo dan penggubah lagu-lagu alam yang sangat terkenal seperti Burung Camar dan Melati dari Jayagiri. Saya dan Aria pun sangat menyukai karya beliau bersama Kalikausar.

Ini foto terakhir yang saya ambil setelah tahu ternyata selama acara tidak boleh mengambil gambar.

Foto abah Iwan bersama pasukan tentara khusus, ia bercerita tentang teman-temannya yang memiliki tato tapi dia tidak punya. Akhirnya dia memamerkan bekas cacar yang berbentuk angka 10 di lengan atasnya seraya tersenyum bangga kalau ia punya tato juga. Ada salah satu tentara yang salah kira; “Waaa kamu sudah makan 10 orang ya?”

Di balik cerita-cerita humornya Abah Iwan sangat spiritual sekali, ia berkeliling dunia menaklukan berbagai gunung dan bernyanyi bersama alam namun tak lupa mendekatkan diri pada Tuhan. Cerita-ceritanya menggetarkan. Beliau sangat senang dengan effort kami yang datang dari Jakarta seraya menceritakan niatan yang tadinya mau minta ttd abah Iwan di vinyl Kalikausar kami tahun 79.

Sangat kagum sekali pada abah Iwan, tak heran mengapa nama bandnya dipilih Kalikausar yang dalam sanskerta berarti sungai sejuk yang mengalir dari surga..

Terimakasih banyak untuk mas Budi Kineruku, tanpa undangan dari beliau kami takkan bisa menikmati alunan musik Abah Iwan langsung dari penggubahnya.

 

Sumber foto Burung Camar; Emilian Robert Vicol

 

Leave a comment